Selasa, 16 September 2014

Menanti Athaya Rafa Latisha

angin menyisir bulu-bulu halus yang menutupi permukaan tangan dan kakiku, suara kendaraan lalu lalang di jalanan terdengar lebih keras dari suara lainnya, gemuruh suara mesin pabrik menghancurkan harmoni suara deru kendaraan. H+2 lebaran tahun ini begitu berbeda buatku, karena baru pertama kalinya aku tidak melaksanakan solat id di kampung halamanku. keadaan ini aku terima dengan baik mengingat istriku sudah memasuki bulan untuk melahirkan, lebih tepatnya minggu-mingu untuk melahirkan. rencana kami sore ini kami akan melakukan cek kandungan kembali mengingat posisi bayi yang belum juga turun ke panggul. sekitar pukul 16:00 kami pergi ke dokter kandung untuk memeriksakan. seperti kecemasan dalam hatiku, kondisi bayi belum juga turun ke panggul sementara usia kandungan sudah menjejak waktu untuk mengeluarkan bayi. dokter menyarankan istriku agar segera dilakukan induksi saat itu juga. namun butuh persiapan khusus bagi istriku untuk bersiap sehingga kami memutuskan untuk kembali dulu ke rumah dan berdiskusi dengan mertua.
hal yang terbaik menurut dokter merupakan pilihan yang kami ambil, setidaknya dia memiliki pengalaman lebih banyak dari kami dan kami anggap dia tau lebih banyak. Hari Kamis, 31 Juli 2014 akhirnya kami berangkat ke RS untuk dilakukan induksi. seperti akan melakukan pengiriman barang melalui JNE, perasaanku saat itu berkecamuk tak menentu tak tentu arah. di satu sisi lega karena sebentar lagi aku akan memiliki anak disisi lain takut istri atau bayiku tidak selamat. belum lagi mendengar beberapa testimoni di internet terkait induksi itu sakit lah atau apa lah, membuat kekhawatiran ku terhadap istri meningkat. satu ampul infus yang sudah diberi obat perangsang kelahiran disuntikan ke tubuh istriku. sampai itu habis, reaksi yang di rasakan belum begitu. dirasa ada mules-mules belum di rasa sakitpun hanya sedikit. ampul kedua kembali dimasukan ke tubuh istriku, kali ini dosis induksi nya dinaikan menjadi 2 kali lipat. namun akhirnya belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan.
Jum'at, 1 Agustus 2014, aku akhirnya pulang ke rumah setelah semalaman menemani istri di RS. Ibu mertua menggantikan aku disana, aku pulang untuk membersihkan diri dan solat. sekitar pukul 14:00 istriku menelpon. sekilas dalam benaku apakah mungkin sudah ada reaksi untuk melahirkan, tapi ternyata istriku memberi tahu untuk segera menemui dokter terkait tindakan yang akan diambil selanjutnya. sesampainya di RS dokternya sedang melakukan tindakan caesar untuk pasien lainnya. ada asistennya yang sedang berjaga, dia menyarankan untuk segera diambil tindakan berupa caesar dengan alasan si bayi sudah waktunya untuk dikeluarkan. terlebih dahulu aku bertanya ke istriku apakah mau di caesar, tentu keselamatan anak menjadi prioritas dia. sementara aku tentu dua-duanya menjadi prioritas.
tetesan air mata istri tentu membuat aku semakin khawatir, aku sangat mengerti terkait hal tersebut. karena dia akan menghadapi situasi dimana mungkin nyawanya juga tidak bisa diselamatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar